Stres Itu Tidak Buruk — Tapi Reaksi Kita yang Menentukan

Hipnoterapi

Stres Itu Tidak Buruk — Tapi Reaksi Kita yang Menentukan

“It’s not stress that kills us, it is our reaction to it.” — Hans Selye, Bapak Psikologi Stres

Si Karyawan dan Setumpuk Deadline

Bayangkan dua orang, sama-sama bekerja di perusahaan yang sibuk. Sama-sama punya atasan keras, tumpukan deadline, dan jadwal rapat yang padat. Si A tiap hari panik, gampang marah, dan sering sakit kepala. Si B terlihat lebih tenang, tertawa ringan saat menyelesaikan tugasnya.

Apa bedanya? Bukan pekerjaannya. Tapi cara mereka merespons stres.

Stres dalam Teori Psikologi: Musuh atau Mitra? Dalam psikologi, stres bukanlah hal jahat. Ia adalah respon alami tubuh terhadap tantangan. Menurut Hans Selye (1936), ada dua jenis stres:

  • Eustress: stres positif yang memicu pertumbuhan dan motivasi.
  • Distress: stres negatif yang menurunkan performa dan merusak kesehatan.

Stres bisa memicu adrenalin dan fokus saat kita ujian. Tapi kalau kita memaknainya sebagai ancaman yang tak terkendali, tubuh kita merespons seolah sedang “dikejar harimau”.

Bagaimana Stres Menyentuh Tubuh?

Ketika stres terjadi, tubuh mengaktifkan HPA Axis (Hypothalamic–Pituitary–Adrenal Axis). Otak mengirim sinyal ke kelenjar adrenal untuk melepas kortisol, hormon stres. Dalam jangka pendek, ini membantu kita siaga. Tapi jika terus-menerus, efeknya bisa mematikan:

  • Tekanan darah tinggi
  • Gangguan tidur
  • Lemah imun
  • Sakit lambung
  • Gangguan kecemasan dan depresi

Di Sini Hipnosis Bekerja: Meretas Reaksi Emosional

Saat tubuh kita terus “on”, hipnosis justru membawa kita ke mode off. Hipnosis bukan sulap atau tidur, melainkan keadaan relaksasi mendalam dengan fokus terarah. Dalam kondisi ini, otak kita memancarkan gelombang alfa dan theta—yang mendekati fase meditatif atau mimpi.

Apa yang Terjadi Saat Seseorang Dihipnosis untuk Stres?

  • Napas melambat
  • Detak jantung stabil
  • Otot mengendur
  • Pikiran masuk ke kondisi terbuka terhadap sugesti positif

Sugesti yang diberikan bisa berupa:

  • “Saya merasa aman.”
  • “Saya bisa mengendalikan reaksiku.”
  • “Saya tidak harus sempurna untuk merasa cukup.”

Studi dari Harvard Medical School (Ginandes & Rosenthal, 1999) menunjukkan bahwa hipnosis mempercepat penyembuhan luka karena tubuh masuk ke keadaan healing mode. Penelitian lain menunjukkan penurunan kadar kortisol dan peningkatan kontrol emosional setelah beberapa sesi hipnoterapi.

Refleksi Diri: Apakah Saya Sedang Menghindar, atau Menghadapi?

Luangkan waktu sejenak untuk bertanya:

  • Apakah saya bereaksi berlebihan pada hal kecil?
  • Apakah saya lebih sering merasa lelah karena pikiran sendiri?
  • Apakah saya menunda istirahat karena merasa “harus produktif terus”?

Jika iya, mungkin bukan stres yang terlalu besar. Mungkin, kita belum mengenal cara bereaksi yang sehat.

Afirmasi Harian: Ubah Respons, Ubah Hidup

  • “Saya tidak harus mengendalikan semuanya untuk merasa damai.”
  • “Tubuhku boleh istirahat. Jiwaku juga.”
  • “Saya mampu memilih respons yang lebih tenang dan penuh kasih.”

Kita Tidak Butuh Dunia yang Bebas Stres—Kita Butuh Diri yang Siap Hadapi Stres Karena hidup tidak akan pernah sepenuhnya tenang. Tapi pikiran yang terlatih, tubuh yang diajak bernapas, dan hati yang diajak berdamai... itulah yang membebaskan.

Dan kadang, semua itu bisa dimulai dari satu sesi hipnosis.

Kenali Diri Anda Lebih Dalam, Temukan Potensi Terbaik Anda

Mari bergabung dengan komunitas kami untuk belajar, tumbuh, dan mencapai kesejahteraan mental yang lebih baik. Psikonesia hadir untuk menjadi mitra dalam perjalanan Anda menuju kebahagiaan, kedamaian batin, dan pemulihan.

Saya Ingin Bergabung