Apa Itu Perilaku Abnormal?

Psikologi Apa Itu Perilaku Abnormal?

“Ketika manusia kehilangan kepekaan terhadap makna perilakunya sendiri, maka batas antara normal dan tidak pun menjadi kabur.

Kita sering mendengar istilah gangguan jiwa, mental illness, atau perilaku menyimpang. Tapi, apa sesungguhnya yang dimaksud dengan perilaku abnormal? Apakah sekadar orang yang berjalan sambil berbicara sendiri di pinggir jalan? Atau mereka yang menderita kecemasan mendalam yang tak tampak dari luar? Pada akhirnya, pertanyaan ini membawa kita kepada satu hal yang sangat penting dalam kehidupan sosial dan pribadi manusia: pemaknaan terhadap kesehatan mental.

Perilaku Abnormal: Sebuah Jalan yang Tak Lurus

Perilaku abnormal tidak memiliki satu definisi yang final. Para ahli dari berbagai zaman telah mencoba menyusunnya seperti teka-teki yang rumit. Sebab, perilaku manusia tidak seperti rumus matematika: satu tambah satu pasti dua. Dalam psikologi, dua orang dengan gejala yang serupa bisa datang dari cerita hidup yang sangat berbeda.

Ambil contoh Kevin. Ia tampak tenang dan bahkan meyakinkan di permukaan, namun ia mempercayai bahwa istrinya berkonspirasi untuk menghancurkannya. Ia tidak merasa ada yang salah dengan pikirannya. Lalu, siapa yang sebenarnya mengalami penderitaan? Kevin atau istrinya, Joyce? Inilah yang membuat definisi abnormal menjadi rumit.

Tiga Pendekatan Memahami Abnormalitas

1. Distres Subjektif

Di pendekatan ini, seseorang dianggap abnormal jika ia merasa menderita secara psikologis. Tapi, bagaimana jika ia tidak merasa terganggu, sementara orang di sekitarnya merasa kewalahan, seperti dalam kasus Kevin? Maka pendekatan ini tampaknya belum cukup.

2. Norma Statistik

Perilaku dianggap abnormal jika langka atau menyimpang dari rata-rata. Tapi apakah kejeniusaan, yang juga langka, dianggap gangguan? Tentu tidak. Maka kelangkaan saja tidak cukup.

3. Disfungsi yang Merugikan (Harmful Dysfunction – Wakefield)

Inilah pendekatan yang lebih komprehensif. Suatu kondisi disebut gangguan jika ada mekanisme internal dalam diri seseorang yang tidak berfungsi semestinya dan menyebabkan penderitaan atau hambatan sosial. Dalam kasus Kevin, keyakinannya yang delusional dan kehilangan kemampuan komunikasi menunjukkan disfungsi nyata yang berdampak merugikan.

DSM-5: Pendekatan Klinis yang Terstandar

DSM-5, manual resmi dari American Psychiatric Association, mendefinisikan gangguan mental sebagai:

  1. Gangguan dalam kognisi, emosi, atau perilaku.
  2. Menyebabkan distres atau disfungsi dalam kehidupan.
  3. Ada dasar biologis, psikologis, atau perkembangan yang mendasari.
  4. Bukan reaksi wajar terhadap duka atau budaya.
  5. Bukan sekadar penyimpangan nilai sosial.

Dengan kata lain, DSM-5 memberi batas yang lebih tegas, meskipun tetap terbuka pada interpretasi budaya dan nilai masyarakat.

Mental Health: Lebih dari Sekadar Tidak Sakit

Kesehatan mental bukan hanya soal tidak ‘gila’. Ia adalah kemampuan untuk mencintai, bekerja, dan menemukan makna. Mereka yang flourishing bukan hanya bebas dari gangguan, tapi juga:

  • Merasa bahagia dan tenang,
  • Memiliki hubungan sosial yang sehat,
  • Menemukan arah dan tujuan dalam hidup.

Pencegahan gangguan penting. Tapi menumbuhkan kesehatan mental yang utuh jauh lebih penting.

Budaya: Lensa yang Membingkai Abnormalitas

Apa yang dianggap normal di satu budaya bisa jadi dianggap menyimpang di budaya lain. Dalam masyarakat tertentu, menangis keras-keras saat berduka dianggap wajar dan sehat, sementara di budaya lain dianggap kelemahan atau bahkan ketidakseimbangan emosi.

Contoh lainnya: dalam konteks budaya spiritual tertentu, keadaan trans atau kerasukan justru dianggap sebagai bentuk kedekatan dengan dunia gaib atau tanda kematangan spiritual. Namun dalam konteks medis barat, kondisi yang sama bisa diinterpretasikan sebagai gejala gangguan disosiatif atau psikotik.

Karena itu, diagnosis gangguan mental harus mempertimbangkan konteks budaya. Apa yang tampak aneh atau mengkhawatirkan bagi satu komunitas bisa jadi merupakan bagian dari praktik atau ekspresi yang lazim di komunitas lain.

Dengan kata lain, budaya adalah kacamata yang membingkai pengalaman manusia, termasuk dalam memahami gangguan mental. Maka, kepekaan budaya bukan hanya penting, tapi mendasar dalam setiap proses asesmen dan terapi psikologis.

Seberapa Umum Gangguan Mental?

Survei nasional di AS menunjukkan bahwa 1 dari 2 orang pernah mengalami gangguan mental seumur hidup. Namun, tidak semua parah. Sekitar 40% ringan, 37% sedang, dan hanya 22% yang berat.

Comorbidity (dua atau lebih gangguan sekaligus) juga umum. Misalnya, seseorang bisa mengalami depresi dan kecanduan alkohol bersamaan.

Beban penyakit mental kini menjadi salah satu yang terbesar di dunia, bahkan melebihi kanker dan penyakit jantung dalam hal disabilitas. Ini bukan hanya masalah individu, tapi tantangan global.

Lintas Budaya: Universal atau Kontekstual?

Gangguan seperti skizofrenia ditemukan di berbagai budaya dan cenderung universal. Namun bulimia, misalnya, lebih banyak ditemukan pada perempuan muda di negara Barat dan jarang di budaya lain. Ini menandakan bahwa sebagian gangguan sangat terkait dengan norma dan tekanan sosial tertentu.

Siapa yang Menolong? Profesi Kesehatan Mental

Profesi di bidang ini sangat beragam:

  • Psikiater, dokter yang bisa meresepkan obat.
  • Psikolog klinis, ahli dalam asesmen dan psikoterapi.
  • Pekerja sosial, konselor, terapis keluarga, perawat psikiatri—semua punya peran masing-masing.
  • PSR (Psychosocial Rehabilitation), berfokus pada keterampilan hidup untuk penderita gangguan berat seperti skizofrenia.

Namun sayangnya, masih banyak yang tidak mendapatkan layanan karena stigma, akses, atau biaya.

Hipnoterapis: Sahabat Sunyi dalam Ruang Kesadaran

Di tengah spektrum profesi yang menangani kesehatan mental, ada satu profesi yang kian mendapat tempat dan pengakuan, yakni hipnoterapis. Meskipun belum sepenuhnya terintegrasi dalam sistem layanan kesehatan konvensional di banyak negara, termasuk Indonesia, hipnoterapis telah terbukti menjadi pelengkap penting dalam penanganan gangguan mental tertentu.

Hipnoterapi bukan sihir. Ia adalah bentuk terapi berbasis relaksasi mendalam yang memfasilitasi individu untuk mengakses lapisan bawah sadar, tempat menyimpan pola pikir, pengalaman, dan emosi yang tidak disadari, namun sering kali justru memengaruhi perilaku sehari-hari.

Seorang hipnoterapis yang terlatih dengan baik tidak sekadar membuat klien 'tenang' dalam satu sesi, tapi menuntun mereka untuk:

  • Mengenali akar emosional dari gangguan (seperti fobia, kecemasan, trauma).
  • Mengakses memori atau belief yang tertanam jauh di dalam.
  • Membentuk ulang persepsi dan keyakinan melalui sugesti yang tepat.
  • Menguatkan kembali sense of agency (kesadaran bahwa kita bisa bertindak dan mengubah diri sendiri).

Hipnoterapi terbukti efektif untuk gangguan seperti:

  • Gangguan kecemasan,
  • Psikosomatis,
  • Kecanduan,
  • Gangguan makan (seperti bulimia),
  • Masalah identitas diri, dan trauma masa kecil.

Kuncinya, tentu saja, adalah kolaborasi antardisiplin serta etika profesional yang kuat. Hipnoterapis tidak menggantikan diagnosis klinis, tetapi membantu mempercepat proses pemulihan dengan menggali kekuatan penyembuhan yang ada dalam diri klien.

Seperti kata seorang klien, “Saat saya dihipnosis, saya bukan hilang kesadaran, saya justru kembali ke pusat kesadaran saya yang selama ini tersembunyi di balik rasa takut.”

Penutup: Abnormal Bukan Kutukan, Pemulihan Selalu Mungkin

Setiap manusia bisa mengalami gangguan mental—bukan karena lemah, tapi karena ia manusia. Yang dibutuhkan bukan penghakiman, tapi pemahaman.

Definisi gangguan mental akan terus berkembang seiring perubahan nilai dan pengetahuan. Tapi satu hal yang tak boleh berubah adalah: kepekaan kita sebagai sesama manusia.

Kesehatan mental adalah soal menyembuhkan yang retak dan menyirami yang tumbuh.

Dan siapa pun bisa menjadi bagian dari penyembuhan itu—termasuk Anda.

Kenali Diri Anda Lebih Dalam, Temukan Potensi Terbaik Anda

Mari bergabung dengan komunitas kami untuk belajar, tumbuh, dan mencapai kesejahteraan mental yang lebih baik. Psikonesia hadir untuk menjadi mitra dalam perjalanan Anda menuju kebahagiaan, kedamaian batin, dan pemulihan.

Saya Ingin Bergabung